Selama ini, banyak produk pengobatan jerawat yang beredar di pasaran. Namun sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan, bahwa produk-produk yang mengklaim dirinya bisa mengobati masalah kulit tersebut ternyata tidak efektif.
Para ahli dari University of Nottingham mengeluarkan sebuah laporan uji klinis hari ini. Dikatakan bahwa sedikit sekali bukti yang bisa ditemukan bahwa perawatan dengan produk penyembuhan atau anti jerawat lebih baik daripada pengobatan jerawat secara alami, seperti dikutip dari Dailymail.
Sekitar 20% penderita jerawat justru kondisi kulitnya semakin kronis setelah menjalani pengobatan dengan produk-produk tersebut. Beberapa bahkan meninggalkan bekas seiring berjalannya waktu. Penelitian ini juga menunjukkan, dalam kurun waktu penggunaan yang cukup lama, kulit menjadi kebal terhadap kandungan antibiotik yang dikandungnya.
Menyikapi hal ini, maka dibutuhkan pengobatan yang lebih efektif tanpa harus memasukkan kandungan antibiotik. Dilansir di situs The Lancet, Hywel Williams, profesor dermato-epidemology dan direktur Pusat Penelitian Kulit Universitas Nottingham mengatakan, "Hampir setengah dari penelitian tentang jerawat yang diterbitkan, tidak ditanggapi dengan penanganan yang serius."
Penyebab jerawat ini pun bisa dibilang masih belum jelas. Faktor seperti keturunan, diet, sinar matahari, kebersihan, selama ini dipercaya menjadi penyebabnya. Namun hal ini tidak diperkuat dengan bukti yang signifikan. Alhasil, banyak orang rela mengubah gaya hidupnya demi mengobati jerawat tersebut.
Disarankan, untuk mengobati jerawat, sebaiknya orang mengubah gaya hidup dan pola makannya menjadi lebih sehat ketimbang mengonsumsi beragam produk atau menjalani proses kimiawi. Studi lainnya baru-baru ini juga mengklaim bahwa pola gaya hidup dan diet ala barat mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini didasari oleh fakta bahwa tidak ada penduduk asli yang berjerawat di area Papua Nugini dan Paraguay, namun studi tersebut masih belum terbukti korelasinya.
Profesor Hywel Williams juga menambahkan, "Dengan banyaknya jenis produk dan variannya yang jarang disertai dengan studi perbandingan, maka seringkali rekomendasi produk hanya didasari oleh saran ahli, bukan oleh bukti penelitian."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar