Kamis, 08 Desember 2011

Kenali Penyebab Jerawat & Cara Mengatasinya

Jerawat yang sering kali hadir di wajah kita, bukan hanya disebabkan karena wajah yang kotor. Ada faktor-faktor lainnya yang menyebabkan jerawat timbul. Ingin tahu? Berikut empat faktor penyebab jerawat dan cara mengatasinya, seperti dilansir dari TypeF.

1. Hormon
Sebelum datang bulan biasanya jerawat suka muncul tiba-tiba, hal ini merupakan hal yang biasa terjadi pada wanita. Hormon progesteron dapat mempengaruhi munculnya jerawat karena menghasilkan minyak berlebih pada kulit. Biasanya jerawat karena faktor hormon, sulit untuk dihilangkan.

Benjolan kecil tersebut biasanya akan hilang, jika hormon sudah normal kembali. Tapi Anda bisa mencegahnya agar tidak timbul semakin banyak dengan rajin mandi atau cuci muka dengan sabun berbahan sulfur. Kandungan aktif yang ada dalam sulfur, efektif untuk membasmi jerawat.

2. Bakteri
Kotoran yang menumpuk pada wajah, menyebabkan bakteri berkembang pada pori-pori. Bakteri-bakteri tersebut menjelma menjadi jerawat. Untuk mencegah kotoran menumpuk pada wajah, Anda harus rajin menscrub wajah, minimal seminggu sekali. Carilah butiran scrub yang halus, untuk menghindari iritasi.

3. Make-up
Pastikan wajah Anda bebas make-up pada malam hari menjelang tidur. Agar make-up benar-benar bersih dari wajah, setelah mencuci wajah, gunakanlah pembersih toner.

4. Kandungan make-up dan krim wajah
Sisa make-up yang tersisa bukan hanya penyebab timbulnya jerawat. Bahan yang ada di dalam kosmetik juga menjadi pemicu jerawat. Periksalah kembali bahan-bahan yang terkandung dalam kosmetik Anda. Jika jenis wajah Anda berminyak, kandungan minyak dalam kosmetik semakin memicu timbulnya jerawat.

Bahan-bahan seperti shea-butter atau minyak alami dapat menyumbat pori-pori dan menimbulkan jerawat. Bagi kulit sensitif atau kulit berminyak yang rentan akan jerawat, sebaiknya pilihlah kosmetik berjenis mineral.

Cegah Kanker Serviks Sebelum Terlambat

Kanker mulut rahim atau yang lebih dikenal dengan kanker serviks merupakan momok bagi perempuan Indonesia. Kanker itu menjadi pembunuh nomor satu perempuan di Indonesia.

Kanker mulut rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Demikian diungkap Dr Ferryal Loetan, ASC&T, Sp RM, MKes-MMR di Win Klinik, Kamar Sutera, Kelapa Gading Square Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selain itu, kanker serviks juga rentan dialami wanita yang melakukan hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini dan sering berganti-ganti pasangan seksual. Serta wanita yang menderita infeksi herpes genetalis atau infeksi klamidia menahun dan banyak melahirkan.

Dia menjelaskan, sebagian besar yaitu 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuaomosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim.

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu virus HPV (human papillomavirus).

"HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini terdiri dari berbagai macam tipe. Namun terdapat dua tipe yang paling membahayakan, yaitu HPV tipe 16 dan 18," terangnya.

Virus itu ditularkan melalui hubungan seksual. Namun tidak semua infeksi HPV dapat berkembang menjadi kanker serviks. Jika seorang wanita terinfeksi dengan HPV yang tipe lain yang tidak begitu berbahaya, maka dengan kekebalan tubuhnya, wanita tersebut dapat terhindar dari kanker serviks. Biasanya HPV yang berkembang menjadi kanker serviks adalah yang tipe 16 dan 18.

Dr Ferryal juga menuturkan, kebiasaan merokok juga mempertinggi risiko kanker serviks. Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.

Banyak Melahirkan.
Risiko semakin tinggi dialami wanita yang suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia dibawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.

Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak meminimalkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear.

"Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan disekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala antara lain perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara dua menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause," jelasnya.

Juga ditandai dengan menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak) dan keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Kemudian, gejala dari kanker serviks stadium lanjut yaitu nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan. Serta nyeri panggul punggung dan tungkai. Dari vagina keluar air kemih atau tinja, patah tulang.
Pencegahan

Ada dua cara untuk mencegah kanker serviks. Pertama, mencegah terjadinya infeksi HPV yaitu dengan melakukan vaksinasi. Vaksin ini dibuat dengan teknologi rekombinan, sehingga mempunyai ketahanan yang kuat. Vaksinasi ini merupakan pencegahan yang paling utama. Perlindungan terhadap kanker serviks dengan vaksin ini mencapai 89%. Lama proteksi vaksin ini mencapai 53 bulan.

Kemudian, melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur. Karena pada dasarnya setiap kanker itu jika ditemukan dalam tingkatan yang dini, maka akan lebih mudah dalam penanganannya. Untuk itu diperlukan pendeteksian secara dini terhadap kanker serviks.

Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui secara dini adalah Pap Smear. Sensitifitas Pap Smear mecapai 90% bila dilakukan setiap tahun. Karena kanker serviks ditularkan melalui hubungan seksual, maka wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual hendaknya melakukan Pap Smear setiap tahun sekali.

Selain itu, hendaknya anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual. Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit kulit kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit kulit kelamin. Serta jangan berganti-ganti pasangan seksual dan berhenti merokok. Berikut beberapa alternatif pencegahan kanker serviks