Kanker mulut rahim atau yang lebih dikenal dengan kanker serviks
merupakan momok bagi perempuan Indonesia. Kanker itu menjadi pembunuh
nomor satu perempuan di Indonesia.
Kanker mulut rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
Demikian diungkap Dr Ferryal Loetan, ASC&T, Sp RM, MKes-MMR di Win
Klinik, Kamar Sutera, Kelapa Gading Square Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selain itu, kanker serviks juga rentan dialami wanita yang melakukan
hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini dan sering
berganti-ganti pasangan seksual. Serta wanita yang menderita infeksi
herpes genetalis atau infeksi klamidia menahun dan banyak melahirkan.
Dia menjelaskan, sebagian besar yaitu 90% dari kanker serviks berasal
dari sel skuaomosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari
sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam
rahim.
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tak terkendali. Penyebab terjadinya kelainan pada
sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu
virus HPV (human papillomavirus).
"HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (kondiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini terdiri dari berbagai
macam tipe. Namun terdapat dua tipe yang paling membahayakan, yaitu HPV
tipe 16 dan 18," terangnya.
Virus itu ditularkan melalui hubungan seksual. Namun tidak semua infeksi
HPV dapat berkembang menjadi kanker serviks. Jika seorang wanita
terinfeksi dengan HPV yang tipe lain yang tidak begitu berbahaya, maka
dengan kekebalan tubuhnya, wanita tersebut dapat terhindar dari kanker
serviks. Biasanya HPV yang berkembang menjadi kanker serviks adalah yang
tipe 16 dan 18.
Dr Ferryal juga menuturkan, kebiasaan merokok juga mempertinggi risiko
kanker serviks. Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
Banyak Melahirkan.
Risiko semakin tinggi dialami wanita yang suami atau pasangan seksualnya
melakukan hubungan seksual pertama pada usia dibawah 18 tahun,
berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks.
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak meminimalkan gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani
pemeriksaan panggul dan pap smear.
"Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah
menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan disekitarnya. Pada saat ini
akan timbul gejala antara lain perdarahan vagina yang abnormal, terutama
diantara dua menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah
menopause," jelasnya.
Juga ditandai dengan menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
dan keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink,
coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Kemudian, gejala dari kanker serviks stadium lanjut yaitu nafsu makan
berkurang, penurunan berat badan, kelelahan. Serta nyeri panggul
punggung dan tungkai. Dari vagina keluar air kemih atau tinja, patah
tulang.
Pencegahan
Ada dua cara untuk mencegah kanker serviks. Pertama, mencegah terjadinya
infeksi HPV yaitu dengan melakukan vaksinasi. Vaksin ini dibuat dengan
teknologi rekombinan, sehingga mempunyai ketahanan yang kuat. Vaksinasi
ini merupakan pencegahan yang paling utama. Perlindungan terhadap kanker
serviks dengan vaksin ini mencapai 89%. Lama proteksi vaksin ini
mencapai 53 bulan.
Kemudian, melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur. Karena pada
dasarnya setiap kanker itu jika ditemukan dalam tingkatan yang dini,
maka akan lebih mudah dalam penanganannya. Untuk itu diperlukan
pendeteksian secara dini terhadap kanker serviks.
Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui secara dini
adalah Pap Smear. Sensitifitas Pap Smear mecapai 90% bila dilakukan
setiap tahun. Karena kanker serviks ditularkan melalui hubungan seksual,
maka wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual hendaknya
melakukan Pap Smear setiap tahun sekali.
Selain itu, hendaknya anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak
melakukan hubungan seksual. Jangan melakukan hubungan seksual dengan
penderita penyakit kulit kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit kulit kelamin. Serta jangan berganti-ganti pasangan
seksual dan berhenti merokok. Berikut beberapa alternatif pencegahan
kanker serviks